News & Research

Reader

Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Melambat Jadi 4,9% di Kuartal II 2024
Monday, May 06, 2024       12:40 WIB

Ipotnews - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi melambat menjadi 4,9% yoy di kuartal II 2024. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia full year 2024 diprediksi sebesar 5,0% yoy.
"Ke depan, pertumbuhan ekonomi domestik dapat menghadapi tantangan terkait dengan lingkungan 'suku bunga yang lebih tinggi dan lebih panjang', yang selanjutnya dapat melemahkan permintaan global dan domestik," kata Macroeconomic Analyst, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (), Irman Faiz dalam keterangan tertulis, Senin (6/5).
Permintaan global yang lebih lemah telah menopang pertumbuhan ekspor Indonesia yang negatif pada Q1 2024. "Tren ini kami perkirakan akan terus berlanjut sepanjang tahun ini," ujar Irman.
PDB Indonesia membukukan pertumbuhan yang lebih kuat sebesar 5,11% yoy pada Q1 2024, naik dari 5,04% yoy pada Q4 2023. Pertumbuhan yang lebih kuat pada Q1 2024 terutama didorong oleh konsumsi swasta dan masyarakat.
Konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 2,6% terhadap total pertumbuhan PDB pada Q1 2024, lebih besar dibandingkan 2,3% pada kuartal sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh kegiatan pemilu dan Ramadhan yang meningkatkan belanja rumah tangga. Sementara itu, konsumsi pemerintah memberikan kontribusi sebesar 1,1 pcp terhadap total pertumbuhan, didorong oleh percepatan pencairan jaminan sosial.
Angka-angka di sisi permintaan selaras dengan perspektif sektoral. Manufaktur, perdagangan eceran dan grosir, serta pertambangan muncul sebagai tiga pendorong utama pertumbuhan. Konsumsi swasta dan publik yang lebih kuat pada Q1 2024 menghasilkan Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur yang lebih ekspansif, seiring dengan peningkatan penjualan eceran dan grosir.
Selain itu, kenaikan harga batu bara yang didorong oleh sedikit kenaikan harga minyak juga berkontribusi terhadap kinerja sektor pertambangan.
Berdasarkan angka-angka ini, Irman mengamati bahwa peningkatan pertumbuhan pada Q1 2024 sebagian besar didorong oleh faktor-faktor yang hanya terjadi sekali saja (one-off) seperti pemilu satu putaran, Ramadhan yang terjadi pada awal tahun ini pada bulan Maret dibandingkan dengan bulan April pada tahun sebelumnya.
"Ditambah dengan percepatan pembayaran jaminan sosial," pungkas Irman.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM